FATAWA RUHAILIYAH
FID DAURATISY SYAR'IYYAH
DAN KONTROVERSI TERHADAP KEABSAHANNYA
FID DAURATISY SYAR'IYYAH
DAN KONTROVERSI TERHADAP KEABSAHANNYA
Tidak diragukan lagi bahwa ilmu dan orang yang berilmu memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh selainnya. Allah telah mengangkat derajat orang yang berilmu di atas orang-orang pada umumnya, sebagaimana firman-Nya:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Allah juga menjadikan orang berilmu sebagai rujukan bagi masyarakat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan mereka, dan memerintahkan mereka untuk bertanya kepada ahli ilmu ketika mereka tidak mengetahui sesuatu, sebagaimana firman-Nya: "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nahl: 43)
Karena kemuliaan ilmu itulah, Rasulullah ﷺ pun memuliakan orang berilmu melebihi ahli ibadah. Dalam sebuah hadits dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, Nabi ﷺ bersabda: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu karena ridha terhadap apa yang dilakukannya. Dan sesungguhnya seluruh makhluk di langit dan di bumi memohonkan ampun untuk orang yang berilmu, bahkan ikan-ikan di laut pun melakukannya. Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya, sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak."
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: "Cukuplah ilmu itu sebagai suatu kemuliaan, bahwa orang yang tidak memilikinya pun mengakuinya dan senang jika dikaitkan dengannya. Dan cukuplah kebodohan itu sebagai suatu celaan, bahwa orang yang memilikinya pun ingin berlepas diri darinya."
Sebagian ulama salaf berkata: "Sebaik-baik anugerah adalah akal, dan seburuk-buruk musibah adalah kebodohan."
Abu Muslim Al-Khaulani berkata: "Para ulama di bumi itu seperti bintang-bintang di langit. Jika tampak oleh manusia, mereka mendapatkan petunjuk dengannya. Namun jika tersembunyi dari mereka, mereka menjadi bingung."
(Kitab Tazkirat as-Sami’ wal-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wal-Muta‘allim, Bab Pertama, halaman 10)
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata: "Manusia yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang berada di antara Allah dan hamba-Nya, yaitu para rasul dan para ulama."
(Tazkirat as-Sami’ wal-Mutakallim karya Ibn Jama‘ah, hlm. 70, dan Miftah Dar as-Sa‘adah, 1/128)
Penyusun:
Marzuki, Lc., M.H.